Selasa, 15 Maret 2011

FACHRUDIN KELUAR DARI CLUB SINGGO EDAN

Selamat tinggal Si Goyang Gergaji.” Mungkin hanya kata itulah yang bisa diucapkan Aremania, Senin (14/03) ini. Ya, terhitung hari ini, M Fakhrudin, pemilik goyang gergaji itu sudah tidak lagi membela Arema.


No More Dance. Fakhrudin akhirnya memilih mundur.
Hengkangnya pemain asal Sidoarjo ini dipicu oleh masalah klasik: gaji. Fakhrudin sudah tidak bisa lagi menahan kesabarannya terhadap janji-janji manis manajemen terkait masalah gaji. Saat ini, sudah tiga bulan Fakhrudin dan para penggawa Arema lainnya tidak menerima gaji. Padahal, kebutuhan keluarga mereka juga sudah semakin mendesak untuk dipenuhi.

“Keputusan ini murni dari hati saya. Saya sudah tidak bisa bertahan lagi dengan kondisi sekarang ini. Keluarga, termasuk istri dan ibu saya menyarankan saya agar lebih baik pulang kampung saja,” ungkapnya melalui sambungan telepon.

“Saat ini, saya masih belum berpikir untuk kembali bermain sepak bola. Saya akan beristirahat dulu. Ke depannya, saya belum tahu akan ke mana. Asalkan halal, akan saya lakukan,” imbuhnya dengan nada lirih.

Lebih lanjut, Fakhrudin mengaku tidak tahu apakah rekan-rekannya yang lain akan mengikuti jejaknya. Namun, pemain yang berperan besar dalam mengantarkan Arema sukses menjuarai musim kompetisi lalu tersebut mengaku telah berpamitan terhadap rekan-rekan satu timnya, termasuk pada Sang Kapten, Noh Alam Shah. “Saya sudah bilang pada Along (sapaan akrab Noh Alam shah, red), bahwa saya sudah tidak kuat lagi dengan kondisi yang terjadi ini,” tuturnya.

Bahkan, melalui akun twitternya, Fakhrudin mencurahkan isi hatinya: “Smp kpnpun aq ttp cinta AREMA.Aq mnt maaf sbsr2x buat aremania+nita karna aq tak sanggup menjalani seperti ini.krn aq menghidupi keluargaku.”

Bagi Arema, yang ironisnya selalu mengaku dirinya sebagai klub profesional, hengkangnya Fakhrudin karena masalah gaji ini sebuah kecolongan untuk kedua kalinya. Beberapa waktu lalu, ikon Arema, Pierre Njanka, juga meninggalkan klub berlambang kepala singa ini dengan alasan yang sama.

Sayangnya, manajemen sendiri nampak menutup mata dengan kondisi para pemain. Bahkan beberapa waktu lalu, melalui Media Officer-nya, Sudarmadji, manajemen justru menyalahkan para pemain. Menurut Sudarmadji, dalam sebuah media nasional, sikap para pemain yang terus menuntut dipenuhinya hak mereka merupakan sebuah sikap yang tidak profesional. “Padahal, Pak Rendra Kresna (Presiden Kehormatan Arema, red) sudah menjamin gaji pemain pasti dibayar. Tapi para pemain tetap menuntut bahkan mengancam mogok. Jadinya, rencana pembayaran pada Selasa (08/03) ini dibatalkan. ‘Berarti mereka sudah tidak percaya lagi pada saya. Buat apa gaji dibayarkan jika mereka sendiri ingkar janji, kecuali mereka langsung berangkat ke Papua.’ Pak Rendra bilang begitu karena sangat kecewa pada pemain yang ingkar janji. Setelah mogok, ada bahasa yang dipelintir seakan Pak Rendra yang ingkar janji,” kata bekas wartawan itu, seperti dilansir TempoInteraktif. Sementara itu, ketika akan dikonfirmasi mengenai pengunduran diri dan langkah manajemen menyelesaikan krisis ini, telepon seluler Sudarmadji tidak bisa dihubungi. (onn/den/inb/ale)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar